Berita  

Kasus TBC di Ngawi Capai 220 dalam Tiga Bulan, Dinkes Bentuk Tim Khusus

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan UKM-UKP Dinkes Ngawi, drg. Retno Dwi Sulistiorini

Ngawinews.com – Ngawi, Lonjakan kasus Tuberkulosis (TBC) kembali terjadi di Kabupaten Ngawi. Dinas Kesehatan mencatat sebanyak 220 kasus baru terdeteksi hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2025.

Situasi ini memicu kewaspadaan tinggi dari Pemerintah Kabupaten Ngawi. Dinas Kesehatan (Dinkes) bergerak cepat dengan membentuk tim medis khusus, serta mempersiapkan ketersediaan obat-obatan dan alat penunjang di seluruh wilayah kerja.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan UKM-UKP Dinkes Ngawi, dr. Retno Dwi Sulistiorini, mengatakan bahwa dukungan dari pemerintah pusat sangat membantu dalam memperkuat respons daerah terhadap wabah TBC.

“Adanya dukungan dari Presiden dalam upaya pemberantasan TBC membuat kami segera menyiapkan langkah strategis, mulai dari membentuk tim kesehatan, memeriksa ketersediaan obat, hingga penyebaran alat pendukung di seluruh wilayah,” ujar dr. Retno, Selasa (20/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa TBC masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama karena sifat penularannya yang cepat, khususnya di ruangan tertutup dan padat penduduk.

Salah satu kelompok rentan adalah balita. Menurut Retno, gejala TBC pada anak tidak selalu terlihat jelas seperti pada orang dewasa, sehingga sering kali sulit dideteksi sejak awal.

“Gejala TBC pada balita biasanya dikenali dari berat badan yang tidak naik dalam dua kali penimbangan berturut-turut. Jika itu terjadi, maka akan dilakukan uji tuberkulin atau skin test untuk memastikan diagnosis,” jelasnya.

Selain itu, Dinkes juga menyoroti meningkatnya potensi kasus TBC resisten obat (TBC RO), yang biasanya terjadi karena pasien menghentikan pengobatan sebelum dinyatakan sembuh secara medis.

“Jenis TBC RO ini sangat sulit disembuhkan. Penyebab utamanya adalah pasien berhenti minum obat di tengah jalan karena merasa sudah membaik, padahal proses penyembuhan belum tuntas,” imbuh Retno.

Ia juga menambahkan bahwa satu orang penderita TBC bisa menularkan penyakit ini kepada 8 hingga 10 orang lain dalam satu ruangan tertutup, jika tidak segera diobati.

Dinkes mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, memastikan rumah memiliki ventilasi cukup, serta rutin berjemur agar tubuh mendapatkan paparan sinar matahari pagi.

“Kami mendorong warga untuk segera memeriksakan diri jika mengalami gejala batuk kronis, berat badan turun drastis, atau demam yang tak kunjung sembuh. Semakin cepat dideteksi, semakin besar peluang sembuh,” pungkas Retno.

Dengan strategi kolaboratif dan kesadaran masyarakat, Dinkes berharap penyebaran TBC di Kabupaten Ngawi dapat ditekan secara signifikan dalam waktu dekat. (HAR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *