
Ngawinews.com – Ngawi – Tradisi sakral Ganti Langse kembali digelar di Alas Srigati, Desa Babatan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Kamis (10/7/2025). Ritual tersebut menjadi agenda rutin tahunan masyarakat setempat sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur. Kegiatan ini juga menjadi sarana spiritual untuk memohon keselamatan dan berkah bagi lingkungan sekitar.
Prosesi dimulai pada sore hari dengan upacara simbolis yang melibatkan unsur pemerintah dan masyarakat. Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko bersama para Kepala OPD, Camat se-Kabupaten Ngawi, Forkopimcam Paron, serta Kepala Desa Babatan. Kehadiran pejabat daerah menunjukkan dukungan terhadap pelestarian budaya lokal yang masih kuat dipegang masyarakat.
Bagian utama dari ritual adalah penggantian kain penutup benda pusaka yang diyakini memiliki nilai historis dan spiritual. Kain yang baru dipasang sebagai simbol kesucian dan pembaruan, sekaligus bentuk komitmen terhadap pelestarian adat istiadat. Prosesi berlangsung khidmat di tengah hening dan khusyuknya suasana hutan keramat tersebut.
Rangkaian ritual dilanjutkan malam harinya dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Lakon yang diangkat adalah “Bimo Suci”, yang mengisahkan perjalanan tokoh Bimo dalam menempuh laku suci dan perjuangan menjaga ketertiban masyarakat. Cerita tersebut dipilih karena sarat akan nilai moral dan keteladanan yang relevan dengan kondisi sosial saat ini.

Makna simbolik lakon Bimo Suci menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan tokoh budaya. Mereka menilai bahwa pesan yang disampaikan lewat pertunjukan wayang tidak sekadar hiburan, tetapi juga edukasi kebangsaan. Penampilan dalang yang piawai membawa suasana menjadi hidup dan bermakna.
Wakil Bupati Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko, menyampaikan bahwa ritual ini mencerminkan hubungan erat antara manusia, leluhur, dan alam. Ia menilai bahwa kearifan lokal seperti ini patut dijaga karena menjadi identitas spiritual dan budaya masyarakat.
“Ini adalah bentuk syukur dan doa agar masyarakat Ngawi selalu diberkahi keselamatan, kesehatan dan keberkahan,” ujar Wabup Antok
Kegiatan Ganti Langse juga menjadi ajang silaturahmi lintas lapisan masyarakat. Masyarakat dari berbagai desa hadir mengikuti prosesi, memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan. Tidak sedikit pula yang datang dari luar daerah untuk menyaksikan secara langsung kekuatan spiritual budaya Ngawi.
Selain itu, acara ini menjadi ruang edukasi budaya bagi generasi muda. Kehadiran pelajar dan mahasiswa menunjukkan bahwa nilai-nilai luhur masih mendapat tempat di hati generasi penerus. Mereka belajar langsung dari prosesi dan filosofi di balik ritual yang dilaksanakan.
Panitia pelaksana menyampaikan bahwa tradisi ini bukan sekadar seremonial tahunan. Ada tanggung jawab besar untuk melestarikan dan menularkan semangat kebudayaan kepada generasi berikutnya. Mereka juga berharap agar kegiatan ini mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah.
Kepala Desa Babatan mengungkapkan bahwa keberadaan Alas Srigati merupakan anugerah bagi warganya. Ia menuturkan bahwa ritual Ganti Langse adalah bagian dari warisan nenek moyang yang terus dijaga sebagai bentuk rasa hormat dan syukur.
Acara ditutup menjelang dini hari dengan suasana yang tetap penuh khidmat. Doa-doa dan harapan yang terucap dalam prosesi tersebut menjadi simbol semangat masyarakat untuk terus menjaga kelestarian budaya dan spiritualitas yang diwariskan leluhur.
Pewarta : Kurnia
Editor : Pie