Berita  

Dinkes Ngawi Gelar Pelatihan Deteksi TBC, Fokus pada Kecepatan Diagnosis dan Pelaporan Digital

Ngawinews.com, Ngawi – Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas bagi petugas laboratorium fasilitas kesehatan dalam rangka menekan angka kasus tuberkulosis (TBC) yang masih tinggi di awal tahun 2025. Kegiatan ini digelar pada Kamis, 22 Mei 2025.

Langkah pelatihan tersebut merupakan bentuk percepatan strategi pengendalian TBC melalui peningkatan kemampuan tenaga laboratorium, terutama dalam penggunaan teknologi diagnosis dan sistem pelaporan yang lebih akurat dan cepat.

Sebanyak 35 peserta dari berbagai fasilitas kesehatan di Kabupaten Ngawi mengikuti pelatihan ini. Mereka terdiri atas petugas laboratorium dari 24 puskesmas, lima rumah sakit, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), serta tim internal Dinas Kesehatan.

“Transformasi layanan menekankan kecepatan diagnosis, pelacakan aktif, dan sistem pelaporan digital,” ujar Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Ngawi, Retno Dewi Sulistyorini.

Retno menjelaskan bahwa strategi nasional penanggulangan TBC mengalami pergeseran signifikan dari metode mikroskopis konvensional menuju Tes Cepat Molekuler (TCM) yang lebih efisien dan akurat. Hal ini sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan RI.

Selain pelatihan teknis, kegiatan ini juga melibatkan evaluasi mutu pelayanan laboratorium, khususnya dalam penggunaan aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang menjadi alat utama pelaporan digital kasus TBC.

Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan keandalan proses tracing atau pelacakan kasus di lapangan. Petugas laboratorium kini dituntut untuk bekerja cepat dan teliti, sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan pemerintah.

“Tracing kasus jadi kunci utama, dan tenaga lab harus punya standar mutu tinggi,” ujarnya. – Retno Dewi Sulistyorini

Uji silang antarfasilitas layanan kesehatan juga menjadi bagian penting dalam menjaga validitas hasil laboratorium. Setiap puskesmas, rumah sakit, dan Labkesda wajib menjalankan mekanisme tersebut secara konsisten.

Dinas Kesehatan juga menekankan bahwa semua fasilitas kesehatan kini wajib menjalani program pemantapan mutu eksternal secara berkala setiap tiga bulan. Hal ini bertujuan untuk menjamin keakuratan hasil uji laboratorium.

Pelatihan tersebut mendapat perhatian positif dari para peserta, mengingat tantangan penanganan TBC di era digital membutuhkan keterampilan baru serta kerja sama yang solid antarinstansi kesehatan.

Dinkes Ngawi optimistis bahwa dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penerapan sistem digital, penanggulangan TBC di daerah dapat berjalan lebih cepat, efisien, dan berdampak signifikan. (HAR)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *